Monday, August 27, 2012

Harga Mati


Kalau memang benar rasa bahagia saat jumpa itu disebut cinta, maka cintaku sangat sederhana.
Cintaku ketika berlari menuruni tangga dan terburu-buru memasang sepatu saat kamu sudah didepan pagar rumah.

Kalau memang benar senyum terkembang saat mendengar namamu disebut cinta, maka cintaku luar biasa.
Cintaku ketika setengah sadar terbuka mata setelah tidur lama dan kamu kuingat pertama.

Kalau memang benar perut bergejolak ketika bersama disebut cinta, maka cintaku tidak ada habisnya.
Cintaku ketika mendengar seksama cerita-ceritamu sembari mengagumi pahatan Tuhan tiada bercela.

Kalau memang benar rasa tidak ingin berpisah itu disebut cinta, maka cintaku sangat posesif.
Cintaku ketika berjalan berdua dan ingin menggandeng erat tanganmu agar semua tau betapa berharga tubuh tegap tinggi disebelah kanan saya.

Kalau memang benar menghabiskan ratusan jam bersama tanpa jemu adalah cinta, maka cintaku adalah bom waktu.
Cintaku ketika kamu jauh dan aku hanya meringis memilu bersambut kata rindu.

Bersyukurlah aku bertemu denganmu. Kamu yang ingin kulihat pertama kali dipagiku dan mengecup hangat "selamat tidur" dimalamku.
Beruntunglah aku mampu menghabiskan berjam-jam di warung kecil berteman segelas teh hangat dan susu bertukar cerita tentang masa depan kita, aku dan kamu.
Bahagialah aku ketika aku dan kamu punya satu titik yang ingin dituju. Bahagia pula ketika aku dan kamu memiliki ketakutan yang sama tidak mampu mencapai titik temu.

Maafkan jika cintaku cemburu karena rasa takut tidak ada lagi kamu untuk kucumbu. Aku harap tidak akan mengganggu.
Maafkan jika cintaku menggebu-gebu karena jantungku berdenyut keras menahan hawa nafsu. Aku harap kamu tidak jemu.

Kalau memang benar "aku cinta kamu" hanya dianggap merayu dan palsu, maka cintaku adalah satu ditambah satu.