Monday, August 08, 2016

Kesepakatan Bersama

Mengapa kita harus dikotak-kotakkan dalam sebuah kesepakatan bersama?

Minggu sore, hujan, dan teman berbincang yang cerdas.
Apalagi yang lebih baik untuk menghabiskan sisa akhir pekanku? Akhir yang sempurna.

Dua gelas teh hangat, menggiring kita untuk bertanya tentang apa tujuan hidup?
Aku bertanya pada kawanku, sebelum menjawab dia berkata bahwa pertanyaanku bagus.
Aku menunggu jawabannya selagi dia tersenyum dengan pertanyaanku.

"Damai."

Klise. Pikirku. Diawal. Semua orang akan menginginkan kedamaian dalam hidupnya. Kita semua mengetahui itu. Namun aku terdiam saat dia menceritakan tentang bagaimana proses menuju kedamaian menurut sudut pandangnya.

Kaya - Miskin. Baik - Buruk. Pintar - Bodoh.

Itu hanya kotak-kotak yang dibentuk oleh manusia. Suatu kesepakatan universal yang menyetujui bahwa orang kaya adalah orang yang memiliki uang dengan jumlah yang sangat banyak dan orang miskin adalah orang yang bahkan esok hari belum tahu apakah mereka mampu untuk makan atau tidak.

Bagaimana jika sebenarnya definisi kaya yang sebenarnya adalah ketika kamu menerka-nerka apakah esok hari kamu akan bisa makan atau tidak namun selama ini kamu bekerja keras untuk merawat pohon singkong yang kamu tanam di halaman rumahmu yang sempit?

Bagaimana jika definisi kaya yang sebenarnya adalah ketika kamu memiliki dua atau tiga orang yang tidak pernah meninggalkanmu dalam kondisi apapun?

Bagaimana jika definisi kaya yang sebenarnya adalah ketika kamu melihat mata seseorang dan kamu tenang, aman, dan nyaman?

Dan bagaimana jika definisi miskin yang sebenarnya adalah ketika kamu selalu berusaha untuk membuat decak kagum orang yang bahkan kamu tidak kenal dan tidak peduli dengan uang yang mungkin tidak semuanya kamu miliki?

Karena begitu banyak deru tangis dan teriakan penyesalan terdengar dari balik dinding-dinding rumah mewah.