Aku lupa cara menjadi dewasa.
Bersamamu diajarkanku cara berbicara dengan wibawa.
Tersenyum santun tanpa duka.
Bercakap tentang berandai nanti tanpa tersadar bahwa saat ini kita hidup di masa depan.
Juga cara nyaman menikmati rindu dalam diam.
Aku lupa bagaimana menjadi diriku.
Yang dahulu berulang kali kamu selamatkan aku dari menjadi yang lain.
Bahagia yang kita titipkan dalam sesapan kopi manis.
Sesederhana itu untuk menjadi aku yang kamu mau.
Aku lupa tentang cara mencari.
Yang kamu katakan hanya cobalah untuk menikmati.
Dingin pagi hari yang dibiarkan merana tanpa alasan mengapa harus pergi.
Terbangun dan menikmati sisa sepi.
Tanpa rasa ingin mencari pengganti.
Karena tidak bisa diganti, mungkin.
Aku tidak merasa kamu pergi.
Masih ada.
Biarkan keras kepalaku menyakiti diri sendiri.
Tentang aku yang tidak percaya kamu pergi.
Lagi.
Tanpa pernah kembali.
Apa aku juga harus pergi?
Meninggalkan ruang bahagia yang biasa terisi, diisi.
Seingatku hanya kita yang mengisi.
Dan sekarang terkapar sebentuk sunyi.
Aku lupa cara menerima.
Sudah penuh cerita bahagiamu, ruanganku tak bersisa.
Sesak dengan bisikan doa yang baru terdengar telinga.
Atau harus aku pergi jauh dari diriku.
Membentuk serupa aku yang dulu.
Sebelum mengenal ragu.
Meski nyatanya lagi aku tidak mau.
Maaf jika mungkin aku tidak kembali lagi.
Menjadi perempuan yang bisa membuatmu jatuh hati berkali-kali.
Bahkan aku tidak mengenal diri sendiri.
Aku lupa cara mencintai.
Pulanglah, suatu hari nanti.
Kembalikan aku tanpa sepi.
No comments:
Post a Comment