Pertemuan, suatu hal yang sangat lumrah terjadi dalam kehidupan kita. Terjadi karena tidak disengaja, tidak direncanakan, dan mengalir begitu saja. Perkenalan, proses kelanjutan dari suatu pertemuan. Kesempatan yang tidak akan datang dua kali. Kesempatan yang seandainya pada saat itu kamu salah melangkah maka pertemuan hanyalah sekedar bertatapan muka dan sedikit cerita tentang curi-curi pandang.
Pertemuan itu, saat yang sebenarnya aku sendiri tidak rencanakan tapi sangat aku harapkan. Berawal dari cerita sahabat tentang betapa mengagumkannya dirimu. Penasaran. Iya aku penasaran tentang bagaimana kamu akan melambaikan tanganmu untuk sekedar menjabat tangan kotorku. Penasaran tentang bagaimana kamu akan tertawa terbahak dibalik pesonamu. Penasaran tentang caramu menyampaikan argumen refleksi otakmu. Penasaran apakah aku mampu menghiasi sedikit cerita dalam ruang hidupmu. Penasaran tentang bagaimana kamu akan memeluk erat pinggangku dan mencumbu hangat tengkukku.
Musik berdentum dan kamu masih malu-malu. Kau sembunyikan binar mata yang setiap laki-laki lemparkan kepadaku. Kurapatkan bahuku mendekat ke bahumu. Lagi-lagi kau hanya tersenyum simpul masih meragu. Gemas aku denganmu. Aku rasa ada yang berbeda. Jantung ini dengan bodohnya melompat girang saat tidak sengaja tanganmu sentuh tanganku. Apa yang sedang terjadi. Semakin ingin egoku taklukkan dirimu, berlutut dan memohon akan perasaan hatiku. Ah, mungkin aku akan menyerah saja.
Kuujar tentang kelelahanku sepertinya kamu mulai sedikit mau. Hembuskan hangatmu dibalik punggungku kau dekap aku. Bersembunyi dibalik harum rambutku dan mulai menggebu. Andai saja saat itu aku tidak sadar, aku akan memilih untuk tidak pernah sadar seumur hidupku.
Kau tuntunku seakan kau telah mengenalku sepanjang hidupmu. Bercerita tentang cerita hidupmu, kunikmati ketika kau buka katup kedua bibirmu dan ujarkan cerita lucu. Buatku rasa bersalah dan terus hantui hatiku. Lantas apakah aku harus berpura-pura untuk tidak tertarik padamu dan buang muka?
Lagi-lagi kau berusaha dekatkan bahumu dengan bahuku. Aroma tubuhmu menggoda gelitik rasaku. Kamu benar-benaar merubah dirimu sebagai ekstasi dan candu.
Syukurlah aku pembual yang lihai, tak akan kutunjukkan betapa bergejolaknya hatiku saat bersamamu. Celakanya aku tidak pernah bisa bohongi hatiku. Kamu berbeda, tidak seperti biasanya. Bukan laki-laki yang selama ini banyak kutemukan. Kau selalu biarkanku tertawa terbahak konyol dan nikmati setiap hembus angin malam ditulang rusukku. Biarkanku berada ditempatku dan berpura-pura tidak mau. Tempatkanku dan sanjung aku dengan gerak tubuhmu.
Dan kini kutulis posting ini saat kamu tidak lagi bersamaku. Entah dimana kamu dan aku merindu. Seakan telah puluhan tahun aku menyimpan ego dan tidak pernah kuucapkan. Tanpa salam perpisahan, tanpa jabat tangan terakhir, tanpa air mata. Karena aku memang berharap semua tidak berakhir, hanya mungkin menunda untuk cerita gejolak rasaku saat bersamamu.
No comments:
Post a Comment