Tuesday, July 19, 2011

Rest in Piece

Aku sudah mati, denyut darahku berhenti.
Merobek dan membedah isi perut yang terdalam dan menemukan peluru. Pelurunya masih panas ternyata. Lalu aku mati.

Aku sudah mati, jantungku berhenti.
Membius tangan yang mulai kaku agar mampu bergerak lagi. Tertusuk pecahan beling ternyata. Lalu aku mati.

Aku sudah mati, nafasku berhenti.
Memandang dosa-dosa yang telah lalu yang terlalu lama disimpan. Busuk ternyata. Baunya sungguh menyengat. Lalu aku mati.

Aku sudah mati, aku mau hidup lagi.
Membongkar pasang jantung yang mulai membiru karena aus berteman lalat. Lalu dia menjegalku, aku tidak jadi hidup lagi.

Aku sudah mati, aku mau bernafas lagi.
Mengesot mencari cari bekas tangan dan kaki yang buntung agar mampu membelai indah wajahmu. Lalu dia membakar tangan dan kakiku, aku tidak jadi hidup lagi.

Aku sudah mati, aku mau berkedip lagi.
Mengumpulkan kepingan kepalaku yang pecah agar aku bisa menggodamu seperti dulu. Tapi dia menendang bola mataku, aku takut untuk hidup lagi.

Aku setengah mati.
Kuingat apa yang sudah aku lakukan mengapa aku menjadi seperti ini. Oh ternyata aku menciptakan penyakitku sendiri. Penyakit yang mematikan syaraf-syaraf inti.

Penyakitku ini merontokkan hati. Penyakitku ini membirukan organ disekitar hati. Mengkakukan tangan dan kaki.

Aku setengah mati.
Bangun dan menata kembali kepingan tubuhku yang tercecer disudut-sudut ruang berbalut darah anyir. Berharap bisa menemuimu kembali dengan mata yang berkantung dan sembab. Berharap kau menghapus air matamu ketika aku bisa hidup kembali.

Aku setengah mati.
Mempertahankan nafasku yang telah pergi. Mengiba siapa tahu ada yang berbaik hati membelikanku sekantung nafas, dan sekotak darah panas. Berharap aku memergokimu memanja gila didepan fotoku di meja belajarmu.

Aku setengah mati.
Melihat dirimu diruangan ini. Tertawa bahagia, berpeluk cinta dan menari-nari. Oh, ternyata aku tidak perlu hidup lagi. Hidupmu bahagia ketika aku mati. Baiklah aku memilih mati.

Aku mati. Nyawaku tercekat dikerongkongan. Ternyata kau menghapus inisialku. Ternyata kau tidak menyimpan fotoku didompetmu. Ternyata kamu tidak mengukir namaku diakunmu. Ternyata kamu tidak menikmati waktu-waktu bersamaku. Ternyata kamu mencampakkanku. Ternyata kamu tidak menginginkanku.

Aku mati. Penyakitku sudah menggerogoti. Penyakit hati.

No comments: