Thursday, April 19, 2012

Terang Bulan

Bulan, mari ceritakan apa yang telah kamu saksikan sebelum genap setengah lingkaranmu melengkung agung.
Ceritakan tentang tawa membahana dan juga tangis mengiris.
Ceritakan tentang peluh dan nafas yang mendengus.
Buka semua memori dalam ingatanmu dan begitu pula aku.
Mari kita saling mengeluh, mari kita saling bergumam, bukannya kita cukup lemah tapi memang terkadang beberapa kesal bergumul marah.

Bulan, mari ceritakan apa yang telah kamu saksikan sebelum genap setengah lingkaranmu melengkung agung.
Tentang catatan yang pernah kau tulis dengan tinta perakmu.
Tentang catatan yang juga sama kutulis sepanjang itu.
Seringkali kamu kesal dengan retorika palsu, begitupun juga aku.
Hingga pada saatnya aku dan kamu sepakat bahwa tidak ada lagi yang ditunggu.

Bulan, mari ceritakan apa yang telah kamu saksikan sebelum genap setengah lingkaranmu melengkung agung.
Tentang betapa acuhnya kamu akan ribuan pasangan yang selalu menghitungmu.
Tentang betapa muaknya kamu selalu dipanggil dan disebut akan tanda menguatnya ikatan.
Tentang bagaimana kamu menertawakan perempuan-perempuan salah kaprah akan hitungan bulan
Tentang bagaimana kamu mengibakan perempuan-perempuan yang bertahan akan penantian
Rasakan betapa lelahnya menjadi bahan penantian, yang mereka sebut dalam hitungan bulan.

Bulan, mari ceritakan apa yang telah kamu saksikan sebelum genap setengah lingkaranmu melengkung agung.
Aku pernah menghitung beberapa kali lingkaranmu melengkung utuh.
Namun belum selesai kuhitung kamu tertutup awan dan aku gagal menghitung.
Aku mencoba untuk menghitung lagi dari awal, mendungpun tak suka.
Berulangkali kamu berkata padaku jangan kau hitung! Kamu hanya sebagian titik dari langit, marilah duduk, bersantai, dan nikmati cahaya. Mari kita bergumam, bercerita tentang jeritan hati.

Bulan, mari ceritakan lagi sebelum genap setengah lingkaranmu melengkung agung.
Tentang lelakiku tanpa ikatanmu
Untuk kali ini aku menurut apa katamu, aku tidak lagi menghitung lingkaranmu
Dan juga aku tidak peduli tentang beberapa kali kamu berhasil membulatkan cahaya sempurnamu
Mudah saja bagiku untuk terjatuh karena silau cahayamu.
Dan mudah saja bagiku untuk terjatuh karena silau perasaan hati yang tak terbendung lagi.
Lagi-lagi kamu ingatkan, jangan kamu ulangi.
Menghitungi aku dan tidak sempat menikmati.
Kembalilah ketempat tidurmu, rebahkan tubuhmu, regangkan otot-ototmu.
Maka sempurnalah bayangan dia disamping tidurmu..

No comments: