Dulu, pernah aku tertawa habiskan momen-momen bahagia bersamamu.
Sebentar.
Akupun tahu, aku suka begitupun kamu.
Bukan sekedar merayu, tapi memang begitulah rasaku.
Kamu pernah bilang saat itu memang kamu ingin bersamaku meskipun dinding jarak berderit memilu.
Senyum simpulku menanyakan apakah memang aku adanya disitu?
Lalu kunikmati saja tempatku disini. Luangkan sedikit waktu. Berbincang lucu, denganmu.
Dan sekejap waktu aku hancurkan segalamu.
Aku lari, kukata kamu tidak cepat dan kamu tidak dekat.
Alibi.
Aku malu menjadi orang tolol berdasi kupu-kupu.
Terikat. Semakin menyakitkan ketika ikatannya mengerat sendu.
Lalu kumulai hari tanpamu.
Aku baik-baik saja kok.
Aku bahagia selalu.
Aku masih tertawa tanpa hadirmu.
Aku masih mampu berlari dan bermain bersamanya dan bukan denganmu.
Lalu perlahan aku mulai rontok satu-persatu.
Aku rapuh sendiri dan bukan karenamu.
Sedihku kupendam jadi penyakit hati berteman sendu.
Seiring tubuhku yang semakin melemah dan melesu.
Tapi ternyata kamu masih disitu.
Menolong dan membantu.
Mencari dan memasang satu demi satu.
Entah adakah bagian yang kau ambil, tapi kurasa sesal karena ulah dulu.
Untuk kamu, yang pernah sakit karenaku.
Untuk kamu, yang kembali datang karena sakitku.
No comments:
Post a Comment