Kemarin, baru saja aku melihatmu berpeluh. Bukan karena terik matahari, bukan ulah angin panas di Jogjakarta. Iya, aku melihatmu berpeluh. Melalui celah tembok yang menjadi batas. Sekedar mengintip melihatmu tertawa bermain dan berlari. Bermain dengan duniamu, melihat dan mempelajari satu persatu. Bagaimana aku harus mengatasi situasi memang tidak selalu menjadi seperti yang aku ingini.
Memang sedikit sulit untuk dimengerti. Akan kamu dan dunia imaji. Aku memang mulai terbiasa dengan kehadiranmu, tapi aku juga tidak bisa menyajikan yang indah-indah saja. Ada kalanya aku memintamu ini dan itu, hal yang kamu tidak mau. Aku hanya mngerucutkan ujung-ujung bibirku dan alihkan pandanganku.
Kamu pergi. Bukan tidak suka, hanya menyenangkan anak perempuan manja yang sudah terlanjur mengalung di punggungmu.
Begitu banyak cerita yang mampu kuukir di dinding otakku. Meskipun terkadang suaranya menderit mengiris telinga. Tentang cerita dini hari kau katakan kamu suka aku, cerita kucing-kucingan dengan sahabatku, cerita cemburu ketika kulihat selembar foto wanita yang masih kau simpan di dompetmu juga caramu membungkam mulutku yang tidak mampu menahan umpatan cemburuku.
Aku suka ketika aku tertawa melihatmu terdiam pasrah akan ulahku.
Aku suka ketika aku tidak mampu berbicara di malam hari karena tatapanmu.
Aku suka ketika aku tidak mau ada jarak ataupun batas antara aku dan kamu.
Aku suka ketika kamu bertanya "Siapa kamu?"
Hingga pada suatu hari aku menemui batu sandung. Kecil memang, tidak terlihat. Akupun tidak yakin apakah sudah rabun mataku atau memang seperti itu. Aku melihat, mencoba merasa dan meresapi juga membaca.
Disudut matamu bertuliskan akan sesuatu yang baru tentang kamu yang tidak ingin diganggu..
No comments:
Post a Comment